SELAMAT PAGI SUSU
“Selamat
pagi, SUSU!”
Aku diam di dalam kamar sambil terus
menulis di laptop, tiduran. Disampingku ada suami yang tidur beneran. Suara itu
sudah 120 kali aku dengar setiap sabtu. Suara Pak Toha, pengantar susu murni
langganan. Dia juga sudah biasa aku diamkan tanpa perlu aku menjemputnya di
depan pintu. Seperti biasa dia sudah tahu menempatkan susunya. Biasanya susu
botol itu dia taruh di depan pintu agak dekat tembok, sambil dia membawa
kembali botol susu yang sudah kosong kiriman susu sabtu yang lalu. Dekat tembok
itu berdiri berjajar tanaman hias koleksi aglaonema kesayanganku. Di antara
koleksi aglaonema, yang menjadi favoritku adalah Donna Carmen.
Donna Carmen menjadi favoritku, karena
tanaman yang sefamily dengan sri rejeki itu berdaun sedikit hijau dominan kuning,
dibalut lapisan merah dipinggir daunnya. Kolektor biasa menyebutnya mutasi
enam. Warna merah itu kadang menyebar
masuk lebih dalam lagi ke daun tengah, sehingga tanaman dengan tiga warna muda
itu terlihat lebih eksotis. Harganya pun lebih fantastis. Untung aku dulu beli
waktu masih kecil, masih tiga daun. Sekarang sudah sepuluh daun ada yang
menawar tiga juta.
Kalau
aku tanam sepuluh pot, berarti dalam enam bulan aku sudah mendapatkan 30 juta,
gila…. kalau sudah jodoh enak juga ya cari duit, aku tersenyum sendiri dengan
hayalanku. Harga semahal itu, setelah berdaun sepuluh, dikarenakan banyak
kolektor yang gagal membesarkan Donna Carmen. Dan dipasaran kolektor aglaonema
Donna Carmen memang agak jarang. Ini dirumahku, Donna tumbuh subur. Aku tahu
semua itu dari Pakde Google. Kalau sekarang saja aku mau jual, tinggal posting
saja di komunitasnya, sudah dapat tiga juta. Rebutan lagi, gila…..
Hmmmm, kapan ya aku mulai tanam sepuluh
pot atau lebih banyak lagi, batinku sambil beranjak dari tempat tidur untuk
mengambil susu Pak Toha di depan pintu. Sekaligus juga untuk melihat Donna
Carmen tiga juta.
Pak
Toha datang pukul 07.00 dengan sepedanya yang sekarang mungkin dibilang agak
unik. Karena jaman sekarang ini sudah bermotor, seharusnya Pak Toha seperti
mereka, membawa motor juga. Karena dengan motor Pak Toha mampu menjelajah lebih
jauh untuk memasarkan susunya. Dengan motor dapat menampung bawaan susu botol
lebih banyak lagi. Tapi Pak Toha dengan sepedanya hanya mampu membawa 12 botol
susu dengan kain putih yang diberi kantong. Kantong itu sebagai wadah susu yang
disampirkan di gagang tengah sepeda onta. Entah sudah berapa jauh dia
menjelajah kampung dengan sepeda ontanya.
Hanya Pak Toha pengantar susu berumur 56
tahun yang punya akses masuk halamanku, setelah diberi tahu kunci rahasia yang
tak digembok pagar halaman rumahku. Halaman rumahku itu banyak tanaman hias
dengan banyak pot yang sebenarnya itu adalah bagian dari hobbyku. Saking
hobbynya di salah satu pot ada tertulis namaku, Jasmin.
“Selamat
pagi, SUSU!”
Suara hari sabtu itu sudah 132 kalinya
sekarang, sambil mataku melihat tanggal 24 Desember 2016 di laptop. Seperti
biasa panggilan pukul tujuh Pak Toha itu aku diamkan disebelah suamiku yang
tidur beneran. Biarkanlah, dia selama senin sampai jumat selalu bangun pukul
empat pagi untuk kerja. Ini libur kesempatan baginya untuk tidur lebih lama, semacam
melepas dendam. Dibandingkan dengan aku yang bekerja di dinas pertanian yang
kadang aku berangkat lebih siang, pukul 07.00.
Aku berjalan untuk menjemput susu murni
kesukaanku di depan pintu. Tak lupa mataku menyapa Donna Carmen, “Hallo lima
juta cantik…?” Sapaku. “Sekarang nilai kamu sudah lima juta loh, kata Pakde
Google.”
Aku mengamati lebih seksama lagi, “Loh
kamu beranak ya?” melihat tunas yang muncul di bawahnya. Subhanalohhh…..
“nDaru!!” teriakku, sedikit berlari masuk
kamar tidur membisikkan ditelinga suamiku.
“Donna Carmen beranak, mau lihat gak?”
bisikku. Tapi dia diam saja sambil bibirnya ganyem-ganyem.
Aku terus membayangkan, kenapa beli bibit 250 ribu kalau aku bisa memperbanyak
sendiri? Aku membayangkan kelipatan lima juta.
Aneh, ketika banyak orang tidak bisa
memperbanyak anakkan Donna Carmen , aku kok, mudah ya?
***
“Selamat
pagi, SUSU!”
Setengah jam kemudian dengan malas aku
membuka pintu depan untuk mengambil susu, sambil melirik Donna, “Hah!!” aku
kaget.
Ya Allah….anakan Donna Carmen hilang. Biasanya
tunas itu ada disini, kesalku, sambil memutari Donna. Ditempat yang biasa
tumbuh anakan terlihat ada bekas tanah berlubang yang mencabut hingga akarnya
putus. Ini pasti di curi.
Aku memandang pintu pagar rumah, “Pak Toha,” desahku,
aku geram dengan tukang susu itu.
Siapa lagi kalau bukan dia yang usil,
sekaligus pencurinya?
***
Sudah dua bulan ini aku tidak lagi
berlangganan susu murni itu. Buat apa kalau datang ke pintu rumahku tangannya
jail? Waktu aku stop pengiriman susunya, sengaja tidak pernah bilang kalau aku
kehilangan tunas anakan Donna Carmen. Tapi aku katakan seperlunya saja, bahwa
aku tidak berlangganan lagi, berhenti minum susu. Dia, Pak Toha tidak bertanya
alasannya, dia hanya membungkuk santun dan pamit dengan sepeda ontanya.
Aglonema, khususnya si Donna seperti tahu
kalau aku kehilangan tunas anaknya, dia pun penampilannya tidak segar dan
cenderung pucat, aku jadi pilu. Harapan kelipatan lima juta sedikit-sedikit
mulai pudar menyesakkan dada. Menulispun kepikiran si Donna terus. Si Donna
nampaknya akan mati, karena bekas tarikan pencuri, akarnya lepas dari media tanah.
Itu lama untuk beradaptasi lagi, tidak seimbang dengan penguapan transpirasi
ditubuhnya.
Aku berusaha untuk membeli tanaman anakan
yang harganya sudah naik, 450 ribu tiga daun. Aku paksakan untuk membeli atas
dasar hobby dan percaya diri bisa membesarkannya. Kenyataannya tanaman anakan
Donna Carmen yang baru aku beli mati, tidak kurang dari dua minggu.
Di bulan ke tiga, setelah lepas dari
langganan susu, Donna Carmen yang lama yang pernah tumbuh sepuluh daun,
benar-benar sudah mati. Potnya yang terbuat dari tembikar itu hanya menyisakan
sampah kering bekas batangnya. Cita-citaku yang sempat tumbuh bersama si Donna
hilang tuntas. Tiba-tiba Hp-ku berdering. Dari Dhani teman kantor suamiku.
“Hallo Jasmin…? Ada berita gembira nih,
sudah disampaikan belum sama nDaru?”
“Berita gembira apa ya? “ hatiku mulai
megar, sumiku dapat promosikah?
“Itu tanaman aglaonema, Donna Carmen,
pemberian suamimu tumbuh bagus dan indah sekali.”
“Kapan nDaru kasihnya, ya?” tanyaku masih
belum paham, sambil menenangkan diri juga.
“sudah tiga bulan yang lalu, dari anakan
tunas. Trimakasih ya…?”
Itu sih berita sedih bukan gembira,
batinku, sambil basi-basi menutup telepon. Oh… jadi nDaru toh tangan jail itu,
sekaligus pencurinya. Aku menarik nafas, ingat Pak Toha penjual susu.
Setelah berita telepon itu, aku memperingatkan
suamiku dengan keras, sampai terjadi keributan membating pintu, yang akhirnya aku menangkan. Dan dia merasa
bersalah, kalah. Setelah tenang aku pingin tahu alasannya kenapa sampai tanaman
kesayanganku dicabut secara kanibal begitu? Jawabannya sederhana, hanya ingin
membuktikan kepada temannya Dhani, pencinta dan kolektor juga, bahwa aku istrinya mampu memperbanyak tanaman
Donna Carmen itu.
Aku
memangil kembali Pak Toha, seperti tidak terjadi apa-apa, dan mulai
berlangganan susu lagi. Sambil hatiku bicara dengan diriku: kamu sudah
memfitnah dengan dirimu sendiri atas sangkaan kepada tukang susu, Jasmin.
Mintalah maaf sama Pak Toha. Lalu aku jawab: Sudah, aku sudah minta maaf dengan
senyuman, dan aku sudah lebihkan sedikit
uang langganan.
“Selamat
pagi, SUSU!”
Ini sabtu ke sepuluh, aku mendengar Pak
Toha si tukang susu datang ke pintu rumahku lagi. Berarti sudah dua bulan lebih,
dari aku hentikan sebelumnya. Dengan malas seperti biasanya, aku turun dari
tempat tidur meninggalkan suamiku yang pules tidur untuk mengambil susu botol
di depan pintu.
Hahh…!! Mulutku bundar, Aglaonemaku tumbuh tunas, di sisa batang yang
seharusnya sudah mati.
“nDaru!!” teriakku, aku sedikit berlari
masuk kamar tidur membisikkan ditelinga suamiku. “Si Donna Carmen hidup lagi.”
Terlihat suamiku tersenyum dalam tidur.
Kenapa tanaman yang sudah kering dan hampir mati sekarang bertunas lagi? Aku tak
habis berpikir. Apakah sugestiku sebenarmya nyambung dengan nyawa tanaman itu?
Kalau aku sedih dia ikut bersedih dan mati? Ah, tidak. Masa seistimewa itu
antara tanaman dan aku.
***
Pukul 06.50, Pak Toha sudah masuk ke halaman
rumah Jasmin. Dia berjalan merambat menyisir bentangan tanaman hias milik Jasmin
disamping rumah. Dan sampai di depan pintu kamar, dia mengambil botol kosong
yang masih sedikit berisi susu bekas. Sisa yang tidak tuntas di minum sabtu
kemarin dia bersihkan dengan air kran ke dalam botol. Di kocoknya botol itu
hingga menjadi putih, lalu campuran itu dibuangnya ke Pot tanaman Aglaonema
Donna Carmen di sebelahnya. Dia
menukar botol kosong yang sudah bersih tadi dengan botol susu isi.
Jasmin yang sudah terbangun masih bermalas-malasan dengan laptopnya di dalam
kamar, tak pernah tahu tingkah Pak Toha. Selama apapun Jasmin tak tahu formula
yang membesarkan Donna, kalau dia tidak bisa bangun lebih awal dan menyambut
Pak Toha si tukang susu. Pak Toha pun tak pernah peduli dengan kebiasaannya
membuang air sisa susu menyebapkan Donna Carmen yang mahal tumbuh bagus. Dia
hanya tukang pengantar susu, dan panggilan khasnya pukul 07.00.
“Selamat
pagi, SUSU!”
Setengah jam kemudian Jasmin membuka
pintu, lalu masuk lagi dengan botol susu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar