Selasa, 24 Mei 2016

cerpen: Filosofi Kopi.

     Ben dan Jodi

(sebuah cuplikan cerpen  serat dengan ide,
 yang diusulkan untuk di filmkan dalam Filosofi Kopi ke 2)

oleh: missy aruma
imam budiarso


       Tio pagi ini di gubuk keheranan, karena pacul Almarhum Pakde Seno yang biasa dipakai Ben, sudah berubah bentuk. Pacul yang gagangnya biasa dekil itu menjadi telalu halus dan bersih untuk sebuah cangkul. Malah pada bagian atas dan bawah sepanjang 20 cm dari pacul itu diberikan semacam pelindung karet berwarna hitam. Pacul ini kok kelihatan mewah, ada stikernya lagi, jadi kayak tongkat besball? Tio bergumam. Lalu matanya melirik ke sudut gubuk. Dia bertambah heran lagi dengan tumpukan bekas botol air mineral plastik. Untuk apa ini? Herannya. 

   Dicarinya Ben. Orang itu semenjak sudah bisa mengatur irama bertani dan terlatih secara fisik, banyak sekali idenya.

    Ben berada bersama petani lain ditengah kebun kopi yang tempatnya diset dengan banyak tempat duduk dari gelondongan kayu dengan cara melingkar. Mereka duduk agak rendah hampir seperti jongkok. Dimana ditengah-tengahnya adalah tungku batu kali yang berisi ceret air yang sedang dimasak. 

    Ada tujuh petani disana bersama Ben. Mereka tertawa-tawa menunggu kopi sambil ngobrol, tapi dari cara bicara yang didengar Tio, Ben seperti punya misi. Misi dari seorang master kopi.

   Ben duduk ditengah lingkaran untuk menempatkan dirinya sebagai pelayan buat tujuh petani dengan imajinasi sedang memasak air. Itu dilakukan agar para petani yang rendah hati merasa nyaman bersama Ben. Sengaja juga dia siapkan ceret dan tungku api ditengah lingkaran, sebenarnya itu alasan agar Ben jadi pusat perhatian. Ben ingin bicara pada mereka tapi sebagai teman dengan bahasa teman. walalupun Ben mempunyai misi, misi itu tidak disampaikannya secara langsung, tapi para petani itu diajaknya untuk menikmati suasana kebun kopinya. Sesukanya tanpa beban. Itu juga kenapa dia membuat pacul terlihat lebih actual ketimbang konvensional. Itu juga kenapa dibeberapa tempat Ben menggantungkan genta angin yang selalu berbunyi bila terhembus angin: karena di sana Ben berharap ada keakraban dan lebih jauh ada pertanyaan dari mereka. 

     Kalau itu terjadi, Ben sebenarnya sedang mengajari mereka hidup layak dari bertanam kopi tiwus. 

     Lalu mereka diajak Ben kesebuah lokasi lain kebun kopi. Di sana terlihat setiap tanaman kopi yang sudah rapih dan bersih itu terdapat satu botol air mineral yang ditancapkan ke tanah dengan posisi terbalik. Di dalam botol mineral itu terdapat air. Air itu sebagai pengganti hujan dan tenaga menyiram, jadi Ben bisa menghemat tenaga bila musim kemarau tiba.

       Tio mengerti.

       Ben menulis dalam sebuah diary:

PELAJARAN KETIGA YANG SUDAH AKU DAPAT:

BERKEBUN ITU SENI.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar